PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) adalah perusahaan yang mengoperasikan jaringan kereta cepat Indonesia yang dibangun dengan rute Jakarta–Bandung. Perusahaan ini dibentuk sebagai patungan antara Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebesar 60% dengan perusahaan konsorsium asal Tiongkok, Beijing Yawan HSR Company Limited, sebesar 40%.
Pembangunan jalur kereta kecepatan tinggi di Indonesia telah melalui proses panjang, semenjak Jepang memperkenalkan kereta cepat mereka pada tahun 2008. Di tengah-tengah studi kelayakan tersebut, kerja sama proyek tersebut diambil alih oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan menghadirkan skema yang menurut RRT “tidak memberatkan pemerintah”.
Sejarah
Penawaran Tiongkok dan pembentukan KCIC
Pada bulan April 2015, Republik Rakyat Tiongkok bersaing dengan Jepang saat kedua negara tersebut menawarkan kereta kecepatan tinggi mereka untuk Indonesia. Perlombaan ini, menurut The Jakarta Post, menjadi bagian dari permainan politik dan ekonomi antara kedua negara tersebut untuk merebut pengaruh strategis di kawasan Asia-Pasifik. Sempat proyek ini hampir dibatalkan pada akhir September, Indonesia memilih Tiongkok sebagai pemenang proyek senilai 75 triliun rupiah (US$5 miliar) ini.
Pada tanggal 2 Oktober 2015, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dibentuk sebagai sebuah konsorsium dari empat BUMN yang terlibat dalam proses pembangunan kereta kecepatan tinggi: Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PTPN VIII, dan Jasa Marga. Pada 6 Oktober, pembentukan konsorsium telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dan Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung. Perusahaan tersebut akan melakukan penyertaan modal dalam sebuah perusahaan patungan.
Patungan tersebut dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China, dengan kepemilikan PSBI 60% dan China Railway International Company Limited 40%. Perusahaan tersebut dibentuk pada 16 Oktober 2015 dan direncanakan akan mengutamakan komersialisasi, tidak memberatkan APBN, dan mengedepankan sinergi antarbisnis. Menanggapi kerja sama yang baru ini, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyatakan “sangat menyesalkan” dan “sulit memahami” pilihan Indonesia ini. Namun Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan bahwa struktur keuangan Tiongkok dinilai lebih menguntungkan karena proposal Tiongkok tidak memerlukan jaminan dan pendanaan dari Pemerintah Indonesia.
Konstruksi
Untuk memulai konstruksi, Jokowi mengesahkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional. Pada 21 Januari 2016, Jokowi meletakkan batu pertama konstruksi di kawasan Perkebunan Teh Walini milik PTPN VIII. Estimasi pembiayaan proses konstruksi ini mencapai Rp70 triliun.
Pada tahun 2017, di Kota Beijing, RRT, telah ditandatangani Facility Agreement Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping. Budi Karya Sumadi selaku Menteri Perhubungan mengingatkan kepada perusahaan kontraktor konstruksi agar segera mempercepat proses konstruksi. Menurutnya, pembebasan lahan menjadi masalah terhambatnya pembangunan infrastruktur, dan ia tidak mengharuskan pembebasan lahan rampung 100%. Kendati demikian, pembebasan lahan masih menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar pinjaman yang diberikan oleh China Development Bank dapat segera cair.
Trase yang ditetapkan adalah rute Jakarta–Bandung sejauh 142,3 km, dan didukung empat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Setiap stasiun akan dilengkapi fasilitas untuk mendukung pembangunan berorientasi transit (TOD) di sekitar stasiun. Terkait dengan rencana stasiun baru ini, Walini akan diproyeksikan sebagai sebuah kota terencana baru yang akan menjadi penyangga wilayah Bandung Raya. Proyek ini diproyeksikan akan menyerap 39.000 tenaga kerja saat proses konstruksi, 20.000 tenaga kerja saat proses pembangunan TOD, dan 28.000 tenaga kerja setelah operasi. Untuk mendukung operasional, KCIC akan menghadirkan 11 set kereta cepat dengan 8 kereta per rangkaian.
Proses pembangunan stasiun HSR di seberang Stasiun Padalarang
Proyek ini tidak selalu berjalan mulus. Estimasi biaya yang ditetapkan oleh KCIC semula berkisar US$6,1 miliar, tetapi pada November 2020, KCIC memperkirakan ada pembengkakan sehingga menjadi US$8,6 miliar, dan dari pihak manajemen mampu menekan biaya menjadi sebesar US$8 miliar. Kementerian BUMN mengatakan bahwa pembengkakan biaya ini akan ditutup dengan pendanaan dari konsorsium pemegang saham serta pinjaman. Konsorsium tersebut akan menanggung 25% cost overrun yang berasal dari penyertaan modal negara yang masuk ke PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp4 triliun dan Tiongkok akan urun sebesar Rp3 triliun. Sebesar 75% sisanya berasal dari pinjaman.
Pada tanggal 18 Oktober 2021, KCIC menyatakan bahwa Stasiun Walini yang semula dimasukkan dalam daftar stasiun mereka, dicoret dari daftar stasiun, terkait dengan efisiensi biaya. Oleh karena itu, mereka akan memilih menggeser stasiun tersebut ke Padalarang untuk alasan integrasi moda.
Prasarana
Jalur
Pada 6 Mei 2016, Direktur Utama KCIC saat itu, Hanggoro Budi Wiryawan, menetapkan trase Jakarta–Bandung untuk jalur KCIC. Menurutnya, rute tersebut memiliki daya beli yang sangat memungkinkan untuk membeli tiket kereta cepat. Bandung, menurut Wiryawan, merupakan tempat yang cukup potensial untuk dikembangkan dalam sektor perdagangan dan pariwisata. Dengan penetapan trase tersebut, bisnis KCIC tidak hanya sebatas mengandalkan kereta cepatnya, tetapi juga pengembangan kawasan di sekitar stasiun yang akan disinggahi layanan KCIC.
Jalur ini didukung 13 terowongan dan dibangun menggunakan konstruksi layang dengan panjang 60% dari total panjang jalur (142,3 km). Sisanya menggunakan at grade, khususnya pada segmen-segmen yang akan melalui terowongan hingga akhirnya sampai di Bandung.
Stasiun
|
Stasiun |
Antarmoda penghubung |
|
|
|
Halim |
BK LRT Jabodebek Lin Bekasi |
|
|
|
|
Karawang |
|
|
|
|
|
Padalarang |
Layanan kereta api lokal Kereta Api Indonesia/KAI Commuter:
- B Kereta api lokal Bandung Raya
- C Kereta api lokal Cibatu/Garut Cibatuan
- KC Pengumpan Kereta Cepat Jakarta–Bandung
|
|
|
|
Tegalluar |
|
|
|
Armada dan pelayanan
KCIC400AF saat diproduksi di pabrik CRRC QIngdao Sifang
Pada tahun 2022, CRRC Qingdao Sifang, Co. Ltd. meluncurkan electric multiple unit untuk KCIC. Kereta tersebut, yang desainnya menggunakan basis CR400AF/Fuxing diberi seri KCIC400AF dan dapat melaju hingga 350 km/jam. Basis tersebut diadaptasikan sesuai kondisi iklim dan geografis Pulau Jawa dan akan menghadirkan interior bernuansa Indonesia seperti komodo, batik, dan Borobudur. Rangkaian kereta cepat dirancang untuk minim kebisingan dan getaran, tahan api, banjir, dan gempa bumi, serta tahan terhadap serangan objek asing.
Selain mengoperasikan 11 rangkaian kereta cepat, KCIC juga mengoperasikan satu kereta inspeksi. Pengiriman armada dimulai pada Agustus 2022 dan dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Agustus. Menurut Joni Martinus, VP Public Relations KAI, tarif yang akan ditetapkan berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp350 ribu. Namun Martinus beranggapan bahwa tarif tersebut masih dikaji di berbagai aspek.
Lokomotif China Railway DF4B juga didatangkan untuk mendukung proyek ini. Lokomotif ini aslinya milik China Railway.